Gus Yasin Ajak Generasi Muda Jaga Kebinnekaan
By Abdi Satria
nusakini.com-Semarang- Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak generasi muda bangsa menjadi pribadi yang cerdas, matang, kreatif, serta selalu menjaga kebinnekaan guna membangun Indonesia lebih maju. Terlebih Indonesia mulai 2020 akan mendapatkan bonus demografi, sehingga peran dan kiprah generasi muda sangat dibutuhkan.
“Bangsa Indonesia membutuhkan adik-adik. Sama halnya ketika sebelum negara ini merdeka ada Sumpah Pemuda tahun 1928 yang diserukan oleh para generasi muda untuk NKRI, kemudian reformasi pada 1998 yang juga digelorakan oleh anak-anak muda,” ujar Wagub saat memberi sambutan pada kegiatan buka bersama “Semanis Karunia Ukhuwah Islamiah”, di SMAN 2 Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat (10/5).
Sejak sebelum Indonesia merdeka pada 1945, lanjut dia, para pemuda Indonesia merupakan generasi hebat. Melalui Sumpah Pemuda, mereka menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Rakyat Indonesia yang beragam, berbeda suku, agama maupun ras semua bersatu dan bersumpah untuk Indonesia. Yakni bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu Indonesia.
“Maka kalau kita runut lagi, demokrasi saat ini, era reformasi yang sudah belasan tahun berlangsung tidak lepas dari peran anak muda,” kata Wagub.
Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini menyebutkan, bonus demografi atau penduduk usia produktif sangat besar dibanding lanjut usia, mulai terjadi di Indonesia. Kondisi tersebut akan menjadi berkah bagi semua jika sumber daya manusia, khususnya generasi muda, memiliki kecerdasan, mandiri, berpikir cemerlang dan bertakwa.
Di hadapan ratusan siawa dan staf pengajar SMAN 2 Ungaran, putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu menjelaskan, negara dibangun dengan keberagaman dan kebinekaan. Sama halnya dengan Islam dibangun dengan adanya perbedaan negara, suku, cara berpikir dan pendapat.
Menurutnya, dalam Islam ada mazhab Syafi’i, Hambali, Hanafi dan lainnya yang mana antara satu masyarakat dengan masyarakat lain saling mengingatkan, saling mengisi, dan saling melengkapi. Sehingga berbagai perbedaan seperti salat tarawih ada yang 20 atau delapan rakaat, ataupun saat salat subuh pakai doa qunut atau tidak, itu merupakan hal yang wajar.
Dijelaskan, Rasulullah mengatakan perbedaan umat adalah sebuah rahmat. Negara Indonesia dibangun dengan keberagaman, maka semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ juga berarti saling mengisi dan melengkapi sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghaffur atau negeri yang makmur dan damai.
“Perbedaan ini mari kita sikapi dengan baik. Apabila kita semua, termasuk generasi muda dan para siswa di sini menyikapi berbagai perbedaan dengan arif dengan bijaksana, saya yakin 17 tahun yang akan datang negara ini dipimpin oleh orang-orang yang hebat,” beber Gus Yasin. (p/ab)